-->

Potret Para Petualang Rupiah Asal Brebes di Bumi Ruwa Jurai




Lelaki berperawakan gempal itu sibuk menggoreng nasi di atas gerobak nasi gorengnya,disamping gerobak seorang calon pembeli setia menunggu pesanannya.Aroma nasi goreng menyebar kemana-mana,baunya yang harum menggelitik hidung membuat siapapun ingin mencoba mencicipi nasi goreng khas penjual keliling ini.Tentu bukan itu saja,harganya pun lumayan ramah di kantong yakni cuma Rp 12.000.Lelaki gempal itu bernama Doyok (43 tahun) perantau asal desa Tanggungsari kecamatan Ketanggungan,Brebes.Lelaki yang sudah malang melintang dalam dunia per-nasi gorengan ini mengakui ia sudah menjalani usaha nasi goreng keliling selama lebih dari sepuluh tahun.Sambil melayani pembeli ia menuturkan banyak suka duka selama menjadi penjual keliling di daerah sekitaran kedaton,pasir gintung dan sukajawa ini.Mulai dari ulah para preman yang sering makan tak bayar sampai pembeli yang cerewet, Beberapa menit kemudian,pesanan sang pembeli sudah siap.Pesanan pun dibayar.”Tapi itu dulu mas,masih awal-awal sekarang tidak lagi”katanya menambahkan dengan logat sundanya.Ia memang orang brebes yang yang berbahasa sunda.

kang doyok terlihat asyik dengan handphonenya
Obrolan kami pun berlanjut semakin seru.Malam yang terasa hangat membuat topik melebar kemana-mana.Sembari asap rokok yang tak henti-henti keluar dari mulut,ia menceritakan bahwa pengalaman yang ia alami sama seperti yang dialami teman-temanya.”Ada sekitaran 40-an pedagang seperti saya rata-rata mereka sudah lama juga ”katanya.Benar saja ditengah obrolan kami, datang temannya sesama profesi pedagang nasi goreng.Kang Doyok (43 tahun) memperkenalkan temannya kepada penulis.

Lelaki yang baru datang ini memperkenalkan diri,namanya Idun (40 tahun).Ia membenarkan apa yang dikatakan kang Doyok.Bahkan,menurut kang idun banyak hal lain yang menjadi masalah bagi dirinya dan temannya,yakni terjerat kredit bank dan rentenir.Penyebabnya bermacam-macam ada sebagian yang dipergunakan untuk membangun rumah,beli sepeda motor,sawah,pekarangan,biaya rumah sakit dan berbagai kebutuhan hidup lainnya.”Adak kok mas,yang sampai buat biayain kuliah anaknya.”Kata kang Idun dengan apa adanya.Kang Idun mengambil sebungkus rokok dari sakunya dan menawarkan kepada penulis.”Mau ngopi,mas?”katanya,tentu saja saya dengan senang hati menerima kebaikannya.Kemudian ia menuju ke gerobaknya.Awalnya penulis bingung dengan apa lelaki itu akan merebus air untuk membuat kopinya.Apakah dengan wajan bekas menggoreng nasi?Oh tidak!Rupanya kang idun tahu apa yang saya pikirkan,”Tenang saja,mas.Saya bawa panci buat masak air, kok.”Lelaki itu tersenyum dan sayapun lega tidak jadi menikmati kopi rasa nasi goreng.Ia membuat kopi tiga gelas untuk kami, setelah itu melanjutkan ceritanya tentang perkumpulan nasi goreng yang bernama FORMASI,ketuanya bernama Abdul Mutholib.Ketika penulis memintanya menjelaskan tentang perkumpulan itu,ia menyarankan penulis untuk menemui ketua-nya.“Apa perlu bel-in ke sini,mas.Biar kita tambah seru.”Tawarnya.Saya menolak dengan halus sembari memberi alasan biar penulis saja yang sowan langsung kepada ketua FORMASI.Tapi karena sudah malam biar besok saja saya menemuinya.Saya pun pamit undur diri kepada mereka.Kaki saya terasa berat meninggalkan malam hangat,obrolan seru dan tentunya kopi yang tinggal setengah gelas racikan mantap kang idun.

kang Idun (40 tahun)
Esoknya,saya menemui ketua FORMASI seperti rencana semalam.Dalam bayangan penulis,tentu akan terasa perasaan ewuh pakewuh ketika menemui beliau.Ternyata bayangan saya itu tidak terjadi.Di rumah kediamannya yang sederhana saya disambut sesosok lelaki muda berperawakan subur.Dengan keramah-tamahan yang khas,lelaki itu memperkenalkan diri,”Abdul Mutholib.”ia mengulurkan tangan,”anak-anak FORMASI biasa ngundang Dul saja,kami emang sekampung”Pungkasnya.


Jauh meleset dari dugaan saya semula,ternyata kang Abdul Mutholib (40 tahun) hanyalah lulusan SD,tapi dengan pembawaanya yang supel ia di dapuk menjadi Ketua FORMASI untuk dua periode berturut-turut dari 2013-2018 dan 2019-2024.Setelah mempersilahkan penulis duduk,ia menceritakan banyak hal seputar para perantau yang berasal dari kampungnya,yakni tanggungsari,brebes.


Menurut kang Dul (40 tahun),Kenapa banyak warga dari kampungnya yang merantau ke Lampung.Ia menilai tidak lain karena masalah sulitnya mendapatkan lapangan pekerjaan yang berupah layak di kampung.Kedatangan warga kampungnya di Lampung ini,diakuinya bergerak secara bergelombang di mulai dari dekade 90-an.Awal mulanya,ketika salah seorang warga sekampungnya yang pulang membawa cerita kesuksesan berdagang di Lampung menceritakn kisahnya ke kerabatnya hingga dari situlah membuka jalan bagi warga lainnya yang mendengar ikut terkesan dan tergerak untuk ikut merantau.Lambat laun ketika jumlah mereka kian bertambah, hingga hampir mencapai 100-an orang,disitulah titik awal mulai ada rasa senasib dan sepenanggungan.Apalagi ketika ada rekan sesama profesi yang mengalami musibah dan masalah lainnya membuat mereka berpikir untuk membentuk wadah silaturahmi.Atas inisiatif salah seorang warga kampung mulailah dibentuk arisan kecil-kecilan.Namun dalam kenyataanya hal itu belum cukup,akhirnya dengan kesepakatan sesama perantau dibentuk sebuah perkumpulan.Awal tahun 2000-an dibentuklah sebuah wadah yang bernama FORMASI ‘L’ (Forum Rantau Pemuda Tanggungsari Di Lampung) yang di nakhodai Tawin (50 tahun) di bantu Mulyana (50 tahun) serta beberapa anggota pengurus,perkumpulan berlanjut sampai kepemimpinan Hadi Ismanto (43 tahun),dengan modal iuran dari para anggotanya perkumpulan ini mulai berjalan secara terbatas,disamping karena pengetahuan organisasi yang minim dan kemampuan tata kelola administrasi yang alakadarnya membuat perkumpulan ini banyak menemui kendala.Diakui Kang Dul yang mengalami secara langsung masa-masa awal organisasinya berdiri,walaupun dengan kemampuan minim dalam berorganisasi,program FORMASI ‘L’ cukup membumi,seperti;memberikan santunan pada anak-anak yatim dan sumbangan ke bidang keagamaan walaupun nilainya memang jauh dari harapan.Sedangkan untuk kegiatan internal,program yang ditawarkan kepada seluruh anggotanya meliputi arisan dan simpan pinjam dan iuran yang ditarik dari setiap anggota yakni beruapa iuran bulanan dan iuran sukarela untuk santunan jika ada anggota yang mengalami musibah.


Sampai akhir 2003 tepatnya 5 Oktober 2003,peristiwa penting terjadi yakni perubahan nama dari FORMASI ‘L’ menjadi FORMASI (Forum Rantau Pemuda dan Warga Tanggungsari).Perubahan ini semata-mata tidak lebih bersifat administratif,secara filosofis jalannya kegiatan organisasi tidak jauh berbeda bahkan tidak mengalami perubahan yang berarti.”Namanya organisasi kecil,mas.Maklum ini Cuma sekedar wadah silaturahmi saja.Tapi pernah loh alumni FORMASI ikut dalam pemilihan kepala desa.”Katanya dengan bangga.


Secara terbuka Kang Dul (40 th) menceritakan bahwa organisasinya memang mengalami hambatan yakni dari sisi keanggotan yang terus turun jumlahnya,hal ini memang bisa dimaklumi karena terkendala keadaan ekonomi saat ini yang memang kurang berpihak sehingga ada sebagian anggotanya yang berpindah daerah rantau untuk mengadu nasib ditempat yang baru dan memutuskan keluar dari FORMASI bahkan ada yang secara terang-terangan keluar karena tidak sepaham dengan peraturan yang berlaku di internal organisasi.


“Kalau harapan kang Dul sendiri,FORMASI-nya penginnya seperti apa?”Penulis mencoba mengorek keterangan.Dengan harapan besar,lelaki bertubuh subur itu menginginkan agar ada pihak-pihak yang mau membantu organisasinya baik secara moril dan pendanaan.Sehingga program kegiatan bisa lebih luas bukan hanya untuk kalangan terbatas warga tanggungsari saja,karena ada sebagian juga anggota FORMASI yang berasal dari luar desanya.




kang dul di rumah kediamannya
“Kenapa tidak meminta bantuan Pemerintah,donatur atau semacamnya yang mau meminjamkan dana agar bisa dikelola,Kang?”Tanya saya kembali,lelaki itu tersenyum.Penulis menangkap arti senyuman itu sebagai sebuah jawaban klise yang coba penulis artikan sebuah rasa pesimis.


“Kami akan terus berjalan semampunya,mas.”Jawabnya dengan diplomatis.

Akhirnya karena sudah lama berbincang-bincang.Penulis berinisiatif undur diri.Tapi sebelum itu,Kang Dul meminta agar artikel saya dipajang di blog FORMASI-nya.Ia memberikan alamat blognya.

formasi-52263.blogspot.com.”Gumam saya.

Tambahkan komentar anda untuk:

Potret Para Petualang Rupiah Asal Brebes di Bumi Ruwa Jurai