-->

Joni Pulsa

joni-pulsa-pelatge
Masa mudaku raib ketika ayahku yang pemabuk berat mengusirku dari rumah.Aku masih ingat kata-kata terakhir yang keluar dari mulutnya adalah sumpah serapah.Saat itu usiaku baru menginjak belasan tahun,usia yang masih butuh perlindungan.Namun ditangan ayah,semuanya berakhir ketika aku memutuskan untuk menelusuri jalanan.Kugadaikan harapan dan cita-citaku ditengah buasnya kehidupan jalanan.

Bermodalkan rasa cintaku pada adik dan ibu,aku pergi mencari arti diri dan entah sampai kapan aku akan kembali.


***
"Jangan terlalu banyak melamun,kisanak.Nanti rambut dikepalamu cepat ambrol"Seru Bang Ben dari 'ranjang operasi'nya kepada seorang remaja yang terduduk malas didekat pintu masuk.

"Iya sih,masa anak muda bisa galau begitu."Tambah seorang wanita diatas ranjang operasi itu.Remaja yang digoda dengan sebutan kisanak oleh bang ben tersenyum.

"Aku memang lagi bingung,bang"

"Tuh khan,ben.Bener khan kataku adikmu itu lagi galau."Kata si wanita lagi.

Aku melempar sebuah dompet pink ke atas meja didekat bang ben.Sekejap lelaki yang sedang sibuk memegang jarum suntik itu terhenti dari aktifitasnya.Ia menyempatkan diri rehat sebentar,mengambil dompet pink itu dan membukanya.Ia mengaduk-aduk isi dompet itu.Ia tak menghiraukan uang beberapa lembar didalamnya.Titik perhatiannya pada sebuah KTP yang ada disitu.Tak berlangsung lama karena setelah itu ia melemparnya ke arah remaja yang sedang terduduk dengan galau itu.

"Dapat darimana,dompet ini.Khan aku sudah bilang jangan.."Sedikit meninggi kata-kata bang ben.

Kata-kata meninggi dari bang ben tentu saja mengundang rasa penasaran dari teman wanitanya yang sedang terbaring di ranjang.Ia mencoba bangun,tapi ditahan lelaki tegap itu dengan pelan.

"Bukan aku mencuri bang,tapi aku menemukan barang itu sewaktu aku sedang bekerja."Sedikit memelas remaja itu mencoba menampik tuduhan bang ben.

Bang ben tak jadi marah.Kepalanya menggeleng-geleng sambil mulutnya tersenyum.Lelaki yang dipenuhi banyak tato itu tak jadi menaikan tensi darahnya.

"Baguslah."Begitu ujarnya pendek.

"Ada apa sih,ben.Kok kamu tiba-tiba bisa berubah begitu hanya gara-gara sebuah dompet doang."

Bang ben memberi kode dengan jari telunjuk didepan mulut perempuan itu.Setelah intermezzo yang pendek itu.Ruangan 'BEN TATTOO & ART' itu kembali berjalan seperti tak terjadi apa-apa.

"Gimana,monita.puas?"

"Kamu memang master tato yang perlu diperhitungkan.Aku puas banget..puas banget."Perempuan yang dipanggil monita itu terlihat berseri-seri.Ia terlihat girang melihat tato kupu-kupu dan wawar hitam tersemat di kulit lengannya.Warna kulitnya yang putih itu terlihat seperti kanvas yang sempurna.

Monita berjalan kearah tas kecilnya.Ia mengambil sebungkus rokok,mengambil sebatang lalu menyelipkannya pada bibirnya yang ranum merah.

"Sudah!jangan pusing gitu dech.Rokok?"Kata monita pada remaja yang masih terduduk lesu itu.Remaja itu bangkit dan membalas tawaran monita.Ia menyulut sebatang rokok dimulutnya.Dengan santai remaja itu menyulutkan api pada rokok yang terselip dibibir monita.Bang ben yang melihat aksi kedua orang ini hanya tersenyum kecil.

"Thank ya,hmm ..siapa namamu?"

"Joni,mbak?"

"Monita"Tangan perempuan itu terjulur.

Remaja lelaki yang tidak lain bernama joni itu membalasnya.

"Oke,guys...aku pergi dulu ya.Kalian jangan pada berantem."Kata perempuan itu melangkah keluar.Tiba-tiba ia berhenti dan membalikan badan ketika hampir melewati pintu,"ben,sudah kutaruh di laci.Kamu periksa sendiri aja ya,see you.."Sehabis berkata demikian,wanita itu langsung pergi memacu Jazz hitamnya ke jalanan.

Bang ben memeriksa laci mejanya.Sebuah amplop putih terbujur disana.

"Monita... monita.."Gumam bang ben.

"Monita itu pacar abang?"Tanya joni.

"Teman baik.Eh,ngapain  banyak nanya.Lebih sekarang kamu kasih tahu abang,darimana kamu dapat dompet itu?"

"Ditempat parkir bang,tadi siang waktu aku lagi kerja."Jawab joni dengan santai.

"Kamu kenal dengan pemiliknya?"

"Sepertinya aku tak asing sih,tapi besok aku berusaha cari alamatnya."

"Bagus,"bang ben menepuk pundak joni,"makan yuk,didepan!"

Kedua lelaki berbeda usia itu pun pergi keluar dari ruangan.

Malam kian beranjak,sepotong bulan sabit menghiasi langit kota.Lampu-lampu kota menghiasi panorama malam menjadi kian meriah.Memburamkan gelap diatas langit.Akhir-akhir ini malam terasa hangat di musim kemarau.

Disebuah kedai tenda ayam geprek.Bang ben dan joni sedang mengisi amunisi.

"Maafin abang,jon."

"Mengerti aku bang,abang benar kok.Walaupun sepintas abang terlihat seperti mafia jalanan tapi aku percaya abang ini beda."

"Bukan begitu caranya menyanjung.Aku hanya ingin agar kau tidak terjerumus dalam dunia kriminal seperti aku dulu."

"Sudahlah jangan terlalu banyak mengingat masa kelam,bang"joni menyeruput teh manis,"tapi aku sampai sekarang belum tahu alasannya,kenapa abang yang kriminal bisa merenungi hidup menjadi lebih baik?"

"Memangnya aku belum pernah cerita?"
"Kalau abang yang pemabuk,pencuri dan seabrek lainnya,aku sudah tahu?tapi pada bagian yang membuat abang bisa berubah,abang memang belum pernah cerita."

Bang ben memiting paha ayam geprek dengan jarinya.Dengan tegap ia memasukan ke mulutnya.Ia menyeruput jus mangga kesukaannya.

"Sewaktu abang di penjara,abang satu sel dengan seorang terduga teroris,jon"Kata bang ben sedikit berbisik.

"Hah.."

"Betul.Tapi kau boleh percaya atau tidak,orang ini tak seperti yang digambarkan dalam film-film."

"Tapi abang diajarin bikin bom juga,ya?"

"Semprul!"Seru bang ben pelan sambil menoyor kepala joni.

"Ah,sudahlah nanti kuceritakan di kosan.Kamu habiskan saja makanmu."

Dua orang ini akhirnya saling balapan menghabiskan porsi ayam gepreknya masing-masing.Keringat mengucur deras dari dahi mereka, bukan karena kelelahan tapi ini efek pedas level nonjok.Menu ayam geprek andalan sahabat sejati,warung tenda langganan mereka.

***
Joni berhenti disebuah rumah berpagar bak benteng romawi.Ia melihat-lihat sekeliling,siapa tahu ada orang sekitar yang bisa dimintai keterangan.Tapi ia yakin sudah sesuai alamat yang dituju.Ia berjalan ke arah pintu gerbang.Celingak-celinguk seperti kriminal mencari peluang.Lagaknya memang persis kriminal.Bercelana jeans belel dengan sobekan dikedua lutut dan jaket kulit dengan logo tengkorak dibelakangnya.

"Mas,ngapain disitu!"Bentak sekuriti dari dalam.

Joni celingak-celinguk karena ia hanya bisa mendengar suara tapi tidak melihat wujud sumber suara.

"Disini,dekat ujung gerbang."

Joni menyimak baik-baik setelah ia memperhatikan baik-baik baru ia menyadari ada sebuah lubang pengintai selebar batu bata merah.Disana ia bisa melihat,seraut muka lelaki bercambang dan berkumis lebat.Mata lelaki itu seperti sensor pengawas,habis sudah joni ditelanjangi.

"Maaf,pak.Apakah benar alamat rumah ini,jalan bangau no 75 blok 3?"Kata joni dengan sopan.

"Iya.Mau cari siapa?"

"Ee..mbak Ernita-nya ada?"

"Lagi keluar."

"Ooo.."


"Saya hafal siapa saja yang sering main kesini.Tolong kasih tahu saya,mas ini teman mbak ernita atau bukan?"

Joni mulai risih dengan sambutan  dari pak sekuriti yang mulai dirasanya  terlalu meremehkan.Sedikit kesal ia akhirnya pelan-pelan mundur menuju vespa-nya.

"Ee..e main ngeloyor aja,mas."

Sebenarnya joni sudah mulai hilang kesabaran tapi ia mencoba bertahan.Dengan terpaksa ia mengambil sebuah dompet pink dari balik jaketnya.Kembali dengan rasa percaya diri ia menunjukan dompet itu ke arah muka pak sekuriti.

"Kasih ini ke majikan bapak."

Melalui lubang pagar, lelaki bercambang itu menerima dompet pink yang diberikan joni.Sebelum ia sadar dan bertanya lebih jauh,terdengar suara pekak dari vespa dan terlambat joni sudah memacunya ke jalanan.

"Anak muda jaman sekarang,memang tak tahu sopan santun"Gumamnnya.

(Bersambung ya...)

Joni Pulsa